Musik adalah salah satu cabang seni yang sangat dekat dengan kehidupan kita. Bahkan sejak kita masih bayi, mungkin, kita sudah dikenalkan dengan ‘seni musik’ oleh ibu kita, yaitu lewat nyanyian-nyanyian sederhana, misalnya: lagu Nina Bobo, Pelangi, Pak Pos, dan banyak lagi. Nyanyian-nyanyian itu juga menyemarakkan hidup kita hingga memasuki masa pendidikan prasekolah maupun awal-awal sekolah. Selama pendidikan sekolah formal maupun di lingkungan kita masing-masing, kita pun selalu dikenalkan yang nyanyian-nyanyian yang makin lama makin rumit seiring dengan makin bertambahnya tingkat pendidikan kita. Musik yang kita kenal pun bukan lagi hanya sekedar musik vokal tapi, lebih dari itu, kita pun mengenal instrumen-instrumen musik baik itu instrumen ritmis maupun melodis. Dan musik akan selalu mengiringi hidup kita hingga kita dewasa bahkan hingga kita kembali ke pangkuan-Nya.
Musik yang kita kenal pun tidak terbatas sebagai sarana hiburan saja melainkan juga musik sebagai salah satu bagian dari sebuah kebudayaan dari suatu bangsa, musik sebagai salah satu bagian dari ritus keagamaan, musik sebagai sarana peluap emosi, dan sebagainya.
Lebih dari semua hal diatas, musik adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari suatu kebudayaan. Lahirnya dan berkembangnya suatu kebudayaan oleh manusia sudah dipastikan tidak akan terlepas dari unsur musik. Pendek kata, setiap kebudayaan pasti memiliki musik tersendiri. Jadi sekali lagi dapat disimpulkan bahwa manusia tidak akan bisa terlepas dari musik!
Tapi yang perlu mendapat perhatian dan sekaligus menjadi keprihatinan yang mendasar adalah bahwa musik di Indonesia selama ini hanyalah sebagai hegemoni hiburan. Padahal fungsi dan manfaat musik tidaklah sesempit seperti yang ‘dihayati’ oleh kebanyakan orang Indonesia. Pemahaman dan penghayatan musik yang seperti itulah yang membuat penulis terdorong untuk mengungkapkan pikiran dan ide-ide demi peningkatan terhadap pemahaman dan penghayatan musik bagi bangsa Indonesia, yaitu pemanfaatan musik sebagai alat peningkat sumber daya manusia Indonesia. Sebab kita tahu pula bahwa sumber daya manusia Indonesia secara umum masih kalah dengan banyak bangsa-bangsa lain, terutama bangsa barat. Kerusuhan, pertikaian karena masalah SARA, ancaman generasi kurang gizi, tawuran pelajar, pergaulan dan seks bebas di kalangan remaja, narkotika, dan banyak permasalahan lagi, rasanya sudah cukup untuk menjadi bukti bahwa sumber daya manusia Indonesia secara umum sebaik banyak bangsa-bangsa di dunia ini. Dengan bertitik tolak dari keprihatinan itu semua, maka penulis mau menawarkan salah satu solusi untuk peningkatan sumber daya manusia Indonesia melalui pendidikan musik.
Namun terdapat hal yang mendasar dan penting dalam pengungkapan pemikiran serta ide-ide penulis dalam makalah ini. Penulis melihat musik disini dalam konteks musik seni barat yang bersifat diatonis; dan bukannya musik Indonesia yang bersifat pentatonis. Hal ini dikarenakan musik seni barat adalah musik yang lebih sistematis dan teratur.
Musik yang kita kenal pun tidak terbatas sebagai sarana hiburan saja melainkan juga musik sebagai salah satu bagian dari sebuah kebudayaan dari suatu bangsa, musik sebagai salah satu bagian dari ritus keagamaan, musik sebagai sarana peluap emosi, dan sebagainya.
Lebih dari semua hal diatas, musik adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari suatu kebudayaan. Lahirnya dan berkembangnya suatu kebudayaan oleh manusia sudah dipastikan tidak akan terlepas dari unsur musik. Pendek kata, setiap kebudayaan pasti memiliki musik tersendiri. Jadi sekali lagi dapat disimpulkan bahwa manusia tidak akan bisa terlepas dari musik!
Tapi yang perlu mendapat perhatian dan sekaligus menjadi keprihatinan yang mendasar adalah bahwa musik di Indonesia selama ini hanyalah sebagai hegemoni hiburan. Padahal fungsi dan manfaat musik tidaklah sesempit seperti yang ‘dihayati’ oleh kebanyakan orang Indonesia. Pemahaman dan penghayatan musik yang seperti itulah yang membuat penulis terdorong untuk mengungkapkan pikiran dan ide-ide demi peningkatan terhadap pemahaman dan penghayatan musik bagi bangsa Indonesia, yaitu pemanfaatan musik sebagai alat peningkat sumber daya manusia Indonesia. Sebab kita tahu pula bahwa sumber daya manusia Indonesia secara umum masih kalah dengan banyak bangsa-bangsa lain, terutama bangsa barat. Kerusuhan, pertikaian karena masalah SARA, ancaman generasi kurang gizi, tawuran pelajar, pergaulan dan seks bebas di kalangan remaja, narkotika, dan banyak permasalahan lagi, rasanya sudah cukup untuk menjadi bukti bahwa sumber daya manusia Indonesia secara umum sebaik banyak bangsa-bangsa di dunia ini. Dengan bertitik tolak dari keprihatinan itu semua, maka penulis mau menawarkan salah satu solusi untuk peningkatan sumber daya manusia Indonesia melalui pendidikan musik.
Namun terdapat hal yang mendasar dan penting dalam pengungkapan pemikiran serta ide-ide penulis dalam makalah ini. Penulis melihat musik disini dalam konteks musik seni barat yang bersifat diatonis; dan bukannya musik Indonesia yang bersifat pentatonis. Hal ini dikarenakan musik seni barat adalah musik yang lebih sistematis dan teratur.
0 Responses So Far: